Yang Bertahan dan Binasa Perlahan (2017)

syahira
3 min readOct 15, 2020

--

Okky Puspa Madasari, atau dikenal dengan Okky Madasari adalah salah satu penulis Indonesia favorit saya. Novel Entrok (2010) menjadi karya pertama Okky Madasari yang berhasil menarik hati saya. Cara Okky menceritakan dua kisah perempuan berbeda secara sederhana dan mengangkat isu feminisme, pluralisme, politik, profesi dan kepercayaan yang terawi dengan baik membuat saya jatuh cinta dengan tulisan karya Okky. Namun, kali ini, saya tidak akan menceritakan kisah Marni dan Rahayu, dua tokoh dalam novel Entrok yang sudah terkenal itu. Melainkan karya Okky Madasari lainnya, Yang Bertahan dan Binasa Perlahan (2010).

Berbeda dari kelima buku sebelumnya, Yang Bertahan dan Binasa Perlahan (2017) merupakan buku antologi berisikan 19 cerita pendek dengan benang merah yang sama: pertarungan dan daya tahan manusia, yang ditulis oleh Okky selama satu dekade (2007–2017).

Antologi ini dibuka dengan cerita berjudul sama, Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, menceritakan seorang lelaki bernama Bandiman, kepala keluarga miskin berasal dari desa Giriharjo yang memutuskan untuk mengikuti program pemerintah untuk bermigrasi ke Kalimantan. Bermodalkan janji manis dari pemerintah dan tekadnya untuk mengubah nasib keluarganya dengan punya rumah di atas lahan luas yang layak, Bandiman membawa istri dan ketiga anaknya melalui perjalanan laut yang panjang. Perjalanan panjang ini tentu tidak berjalan mulus. Berbagai kejadian dihadapi oleh Bandiman, membuat Bandiman mempertanyakan kepada dirinya apakah keputusan untuk bermigrasi ke Pulau Kalimantan merupakan hal tepat atau tidak. Cerita ini menjadi kisah pembuka yang paling panjang di antara cerita lainnya, menceritakan pilihan Bandiman dan sang istri untuk terus melawan tantangan hidup dan terus bertahan, menolak untuk binasa begitu saja.

Sementara Janin dan Keumala menceritakan dua mahluk yang tak pernah diharapkan untuk terlahir ke dunia. Yang satu masih dalam kandung, yang satu sudah keluar dari perut sang ibu. Janin menceritakan curahan hati sang calon bayi dalam kandungan ibu yang terus menyakitinya dan tak pernah mencintainya. Sementara Keumala menceritakan seorang gadis remaja tanpa ibu yang dirawat oleh kakek dan neneknya, dianggap aib bagi keduanya karena terlahir tanpa diketahui laki-laki mana yang menghamili mendiang ibunya.

“Ini adalah serangkaian kisah tentang pertarungan dan daya tahan manusia. Ada yang melawan dan bertahan. Ada yang lari dan menyembunyikan diri. Ada yang tak punya pilihan selain binasa perlahan.”

Selain Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, Janin dan Keumala, masih terdapat 16 cerita pendek lainnya yang tidak kalah menarik mengangkat isu sosial lainnya di sekitar kita: pedofilia dan pemerkosaan, politik, agama, dan lainnya. Favorit saya adalah Sarap dan Pemain Topeng, dua kisah berbeda yang menceritakan seorang lelaki yang bersembunyi dari realita. Adapun Laki-laki di Televisi, mengisahkan seorang ibu yang anaknya dicurigai seorang teroris, dan tidak dapat menghindar dari pertanyaan bertalu-talu dari media dan masyarakat di sekitarnya.

Ada rasa cemas, geram, iba, hingga amarah yang dapat saya rasakan ketika membaca buku ini. Meskipun dengan pembawaan yang sedikit berbeda dari novel-novel Okky sebelumnya, buku ini berhasil memberikan kesan dan membekas dalam benak saya. Memang, terdapat beberapa cerita yang ‘kurang membekas’ bagi saya — tentu saja ini masalah preferensi masing-masing — , namun Okky Madasari berhasil menceritakan kisah dengan isu relevan di sekitar kita secara menarik, lewat berbagai sudut pandang berbeda, menggunakan pilihan kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh pembaca. Buku ini merupakan tipe buku yang akan kamu selesaikan hanya dalam satu kali duduk. ⭐️⭐️⭐️⭐️

--

--