Jakarta Tengah,

syahira
Sep 20, 2020

--

begitu dulu namanya. Ia tumbuh menjadi pusat ibukota dengan impian yang penuh di setiap sudut, impian bagi setiap orang untuk hidup.

Harapan atas doa-doa yang datang dari jutaan insan, atau yang datang dan pulang dari hilir mudiknya kendaraan di jalanan yang selalu riuh tiap pagi dan petang. Melalui rahimnya, Jakarta Pusat melahirkan trotoar yang dijejali pedagang kaki lima, warisan peninggalan yang tergerus budaya urban, dengan kantor-kantor pemerintahan menjulang, hingga angkutan umum yang saling beradu menjadi raja di jalan.

Jakarta Pusat memang seperti magnet. Meskipun tergencet dan lecet akan tak menentunya nasib, Jakarta Pusat memiliki banyak hal yang selalu membawa kita kembali; hiruk pikuk yang tidak pernah berhenti, Pak Polisi yang berpatroli, bar yang ramai hingga pagi, atau suasana kota yang penuh dengan memori.

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat dalam buku Jakarta Cultural (2019) oleh Ichsan Pambudi.

--

--